By Hadi
Sumber energi terbarukan berada pada pusat
transisi menuju masa depan energi yang berkelanjutan. Energi terbarukan juga
sedang berjuang melawan perubahan iklim.
Secara historis, energi terbarukan memang
mahal dan tidak memiliki kekuatan harga yang kompetitif dibandingkan dengan
bahan bakar fosil. Namun, persepsi tersebut kini telah berubah, terutama selama
dekade terakhir.
Faktanya, hingga sekarang memang sumber
bahan bakar fosil masih menjadi mayoritas konsumsi energi global. Akan tetapi,
energi terbarukan mulai memperlihatkan tren tumbuh. Pangsa listrik global dari
energi terbarukan tumbuh dari 18% pada 2009 menjadi hampir 28% pada 2020.
Sumber energi terbarukan mengikuti kurva pembelajaran atau Wright’s Law (Hukum Wright). Artinya, energi terbarukan menjadi lebih murah dengan persentase konstan untuk setiap penggandaan kapasitas terpasang. Oleh karena itu, meningkatnya adopsi energi bersih telah menurunkan biaya listrik dari pembangkit listrik baru terbarukan.
Solar PV (Photovoltaics) dan pembangkit
listrik tenaga angin darat telah mengalami penurunan biaya yang paling menonjol
selama dekade terakhir. Selain itu, seperti dilansir selisik.com, harga listrik dari pembangkit listrik
tenaga gas juga telah menurun, terutama sebagai akibat dari penurunan harga gas
sejak puncaknya pada 2008.
Sebaliknya, harga listrik dari batu bara
tetap kurang lebih sama dengan kenaikan 1%. Selain itu, listrik bertenaga nuklir menjadi 33% lebih mahal karena meningkatnya peraturan dan
kurangnya reaktor baru.
Kapan sumber energi terbarukan mengambil alih?
Mengingat tingkat penurunan biaya energi terbarukan, hanya masalah waktu
sebelum energi terbarukan menjadi sumber utama listrik kita. Beberapa negara
telah berkomitmen untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050.
Sebagai hasilnya, energi terbarukan diproyeksikan akan menyumbang lebih dari setengah pembangkit
listrik dunia pada tahun 2050.
Tidak ada komentar:
Write komentar